5 Jun 2013

Cengiran Batangan Putih

bagi gue, angkot adalah lebih dari sekedar kendaraan umum dengan berbagai sticker iklan dan quote ngasal (kadang jorok) menempel pada dasbor dan pintu. dia tempat dimana berbagai hal-hal menarik yang nggak di sangka-sangka bisa gue saksikan. gak jarang hal itu konyol.

di suatu sore yang hangat, gue dan vaza, seorang sohib sekaligus rekan pulang angkot (sekarang udah nggak) naik ke salah satu angkot arah parung-ciputat yang melintas. semuanya kayak biasa, di dalem situ kita ngomongin banyak hal, ketawa kayak keserang asma, dan bergeser ketika ada orang masuk. suatu ketika seseorang pun masuk.

dari perawakan dan seragamnya, ia terlihat seperti pemuda STM yang lagi magang. gak ada alesan buat kami untuk memperhatikan dia, karena emang biasa aja. sampai deru angkot melambat, dan seorang ibu berbadan buntel masuk dan duduk di kursi seberang pemuda STM itu. mereka saling tersentak dengan perasaan tidak asing dengan wajah di hadapannya masing-masing.

"eeeeeeeeeh kamuuuu!"
"eeeeeeeeeh ibuuuuuu!"

ternyata mereka saling kenal.

heningnya anngkot serta suara kedua manusia ini yang mendominasi telinga kami cukup memberi alasan bagi gue dan vaza untuk secara tidak sadar menyimak percakapan antara dua manusia ini.

"apa kabarrr kamuu?" kata sang ibu.
"ya baikkk buuu, ibu begimanah?"

percakapan diawali dengan basa basi tat-tet-tot. dari basa basi, kami bisa berkesimpulan bahwa ini adalah hubungan antara seorang murid dan guru lama.

"sekarang lagi sibuk apa?

"lagi sibuk nyopir aja si bu sambil bantu-bantu."

"nyopirin siapaa?"

"Pak Rohim bu, (blababababbablap) kadang juga disuruh beli ini itu, lumayan dah" disetiap akhir jawaban, pemuda STM itu selalu melemparkan cengiran unyu gak berdosa.

"oo, beli apa?"

"yaaa macem macem bu. kadang mah beli nasigoreng, kadang rokok"

"rokok?"

"iya bu"

"terus kamu dikasih rokok?"

"dikasih bu, tapi mah saya bilang aja 'makasih pak, saya nggak ngerokok' lagi kan gabaek bu. bingung saya mah ama orang yang ngerokok, ga sehat kan bu"

"ooh, gabaek ya" ibu itu nyengir. "terus itu apa?" sang ibu guru menunjuk ke arah sakunya.

sang pemuda mengikuti padangan yang ditunjuk, dan melihat sebatang djisamsoe dengan imutnya menyembul dari saku "... ohhh----" "---ini mah punya temen saya bu..."

sementara dia sibuk dengan cengirannya yang kini penuh dosa, gue dan vaza sibuk melambungkan wajah sejauh mungkin menahan semburan tawa..