9 Jun 2015

Suara Duniamu

Ketika pikiran mu beradu satu sama lain
untuk menunjukan apa yang benar
dan siapa
untuk menunjukan semua pandangan dirimu

kamu tunjukan kekecewaan mu sebisa mungkin
Ekspresimu mengutarakan semua
Kamu harap mereka menangkap
Kamu pikir mereka mendengar
kamu pikir mereka paham

Suara pikiran mu
yang kamu kira besar
hanya besar untuk mu
hanya menenggelamkan jiwa mu

ia bisu dari luar

mungkin mereka tau
tapi mereka tak sepeduli itu

4 Jun 2015

Teman Datang dan Pergi

Aha udah lama tak membaca dan menulis, semoga saya masih bisa menumpahkan semuanya.
Pada blog ini, sekitar tiga tahun lalu saya menulis tentang perpisahan, bertepatan dengan momen kelulusan SMP. Pada saat itu, saya hanya punya bayangan mengawang tentang kehiupan SMA, bagaimana teman-temannya dan lain lain. Bagaikan halaman dua puluh satu yang begitu penasaran ada apa di halaman dua-dua.
Saya gak bagus urusan analogi he he.

Dan kini hal yang sama terjadi. Mungkin karena kita memang taku perubahan yang meloncat dari batu nyaman yang satu menuju batu lainnya yang tak kita tahu.

Kini, setiap kali membayangkan mau kuliah, saya sering bercampur aduk. Saya takut hubungan satu sama lain teman-teman dekat saya di SMA ini makin lama makin melonggar. Rasanya bahagia ketika terhubung dengan orang-orang dengan frekuensi yang sama, yang paham bahasa tanpa kata. Menyadari sesuatu, melirik satu sama lain, lalu tertawa keras bersama. Munafik kalau dibilang saya tidak mau masing-masing dari kita berubah, karena pasti kondisinya tak akan sama lagi. Kita  tumbuh. Semua akan sibuk dengan urusan masing-masing, semua akan punya misi besarnya masing-masing dan berupaya mengejarnya, bersama orang-orang lainnya yang sejalur. Saya sering memerhatikan orang-orang dewasa, dan hubungan profesional yang mereka jalankan. Hubungan ya sebatas profesionalisme dalam menjalankan misi bersama.

Saya sering mendengar cerita dari ayah saya, tentang teman-temannya di masa lampau yang kini sudah banyak yang menghilang. Mungkin ini soal zaman juga. Tapi di balik cerita yang diulang-ulang itu, tersimpan pelajaran bahwa semua ini bukan soal memiliki dan membawanya kemana-mana. Mungkin seperti dedaunan yang dijatuhkan  ke sungai, mereka berada di titik awal yang sama, namun mereka bisa mengalir dengan begitu berbeda, satu mendahului yang lain, satu tersangkut, dan sebagainya. Jadi ya, apabila saya nantinya tidak bertemu orang-orang kesayangan saya lagi atau intensitas nya jauh berkurang, namun serpihan kenangan, sifat-sifat mereka, cara mereka membuat saya merasa, dan melihat dunia, sadar tak sadar telah membentuk diri saya yang sekarang. 

Sebenernya sedih juga, karena hubungan yang terpintal kuat oleh frekuensi kecocokan yang misterius, serta putaran waktu yang dihabiskan bersama, akan berubah. Namun poinnya memang itu, kita harus terus bergerak, membentuk orang-orang baru, dan membiarkan diri kita terbentuk. Teman lama mungkin sudah pergi, atau tak lagi sama, tapi serpihannya selalu ada, bersama-sama tumbuh dengan saya melewati hari demi hari, bertemu dengan serpihan-serpihan lainnya.

Saya sendiri tidak tahu dengan berkata-kata begini sebenarnya saya sudah benar-benar siap untuk semuanya, atau saya hanya berharap saya siap. Tapi rasanya ketika semuanya sudah dijalani, tidak semenyakitkan yang kini dibayangkan. Karena sudah naturenya kita terus berjalan maju.

Meskipun begitu, saya percaya apabila kita berusaha menjadi orang yang membumi dan rendah hati, seberapa lama pun kita tak bertemu, jiwa kebersamaan yang pernah ada kembali menyala ketika berkumpul dengan kawan lama.