16 Sep 2015

Lukisan Buat Apa?

Mungkin orang-orang banyak bertanya, mengapa saya ambil jurusan seni rupa. Atau mengapa saya mau mendalaminya.

awal saya menempuh studi ini awalnya adalah karena saya melihat kesesuaiannya dengan kemampuan saya, dan saya pikir jurusan ini cukup fleksibel untuk diri saya dalam mengeksplor lebih banyak hal, di dalam maupun di luar seni lukis. Karena sebenarnya minat saya tidak hanya di dunia lukis.

Saya berpikir keras bagaimana cara mengkombinasikan seluruh minat saya, tapi akhirnya saya memilih untuk mengerahkan semua energi saya untuk fokus di dunia seni lukis, setidaknya selama tiga tahun saya studi.

Makin ke sini, saya makin berpikir, bagaimana seseorang bisa berkontribusi besar melalui gambar? salah satu lukisan termahal di dunia saat ini adalah lukisan berwarna solid biru. Hanya satu warna, dan sangat simpel. Bahkan banyak yang bilang oversimplified. Mengetahui hal-hal yang seperti itu, saya makin berpikir keras lalu sebenarnya tujuan besar apa yang ingin coba dicapai melalui lukisan?

 Barnett Newman, seharga 43 juta dollar.

Dulu semasa SMA, saya melukis hanya dengan bermodalkan ide kasar di kepala saya yang samar. Seiring dengan proses, intuisi bergerak menuju ide-ide baru yang tak terduga. Di situlah saya tidak bisa menahan untuk terus bergerak mengikutinya. Ketika ditanya pesannya apa, saya tidak tahu juga. Saya bisa saja membuat pesannya pada akhirnya, mengkait-kaitkan setiap gambar sebagai simbol ini itu. Tapi tetap tidak akan pernah bisa  mengungkapkan eksplorasi alam bawah sadar selama prosesnya. Alam bawah sadar pengalaman, khayalan, dan semuanya yang mengekspresikan dirinya melalui intuisi dan cara kerja yang tak saya pahami.

Ya sudah akhirnya di lain waktu saya mencoba untuk membuat karya yang lebih terkonsep, dengan pesan, dan maksud yang jelas. Namun setelah karya itu selesai, saya masih mendengar orang bertanya "itu maksudnya apa?"

berpikir lagi.

Tujuan saya apa sebenarnya.

Akhir akhir ini saya semakin sering mengunjungi pameran dan melihat karya karya yang simpel. Lama saya berdiri di depannya menduga duga maksudnya apa. Setelah saya merasa sebuah makna yang cukup masuk akal, saya membaca deskripsinya. namun deskripsinya mengatakan hal yang sangat berbeda. Saya bingung, dan bertanya tanya atas dua prinsip.

Lukisan itu untuk siapa? apakah ia adalah playground bagi seniman untuk dunianya sendiri?

atau kah ia sebuah pesan yang ingin di sampaikan pada masyarakat luas?
titik beratnya di dirinya sendiri, atau orang-orang yang melihatnya?

kalau orang baru mengerti lukisan setelah membaca deskripsi, atau dijelaskan, kalau begitu mengapa pesan itu tidak langsung ditulis saja?

Seorang teman datang berkunjung ke Singapura, dan kami berbincang di sebuah cafe kecil. Di saat saya masih kebingungan, Ia bilang,

"aku merasa orang jangan sampai terlalu nyeni. Karena kalau udah nyeni banget, dia lupa sama dunia real di sekitarnya dan tenggelam sama dunianya sendiri. Dia mikir kita gak ngerti seni, tapi ya memang begitu apa adanya orang-orang di dunia nyata"

di sisi lain, saya pernah membaca di sebuah kolom komentar, cerita seseorang membuat lukisan kakeknya yang sudah meniinggal. orang itu mengaku lukisannya jelek sekali, namun ia seringkali melihat neneknya terdiam lama melihatnya. Neneknya bilang lukisan itu menimbulkan sesuatu pada dirinya setiap kali melihatnya.

Jadi sebenarnya pertanyaannya adalah, seniman lah yang harus menyesuaikan karya nya pada orang-orang yang cara berpikirnya sudah begitu kompleks agar mereka bisa mengerti karyanya?

atauuu kah

orang-orang lah yang harus belajar melihat keindahan di dunia sekitar? keindahan dari benda-benda diam dan alam yang cukup bernapas dan bergerak pada tempatnya?

karena dunia kita didominasi kata kata dan instruksi jelas, siapa juga yang mau meghabiskan waktu memahami dunia visual, yang begitu abstrak?

Saya gak bisa jawab.

Saya melihat-lihat balik lukisan Agnes Cecile, salah satu pelukis muda yang karyanya tersebar luas di internet. Lukisannya indah, siapapun, baik yang mengerti maupun tidak mengerti dunia seni pasti menyukainya. Setidaknya banyak yang menyukainya, ada ataupun tanpa alasan.


Agnes Cecile
Akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan. Mungkin bukan kesimpulan akhir, karena saya masih "anak kecil".

Saya ingin mempersembahkan lukisan yang indah. Dengan pesan dari saya sendiri dan untuk saya sendiri. Artinya lukisan-lukisan itu punya arti personal untuk saya sendiri, yang tak mungkin saya bagi pada orang-orang, karena mau seperti apapun maksud dan pesan dibaliknya, toh sebagian besar orang tidak akan menemui titik yang sama dengan yang saya maksudkan, karena kita beda. Pengalaman kita beda. Bukannya mau bilang orang-orang gak ngerti seni, tapi memang pada dasarnya gambar sangatlah luas untuk dikerucutkan pada satu pesan saja yang sama sama kita mengerti.

Jadi visi saya dalam dunia melukis, adalah untuk melahirkan bayi bayi baru (lukisan) yang menyajikan mata sesuatu yang menarik. Sesuatu yang memikat, dan membuat orang merasakannya, dibandingkan berpikir apa maksudnya. Sesuatu yang orang-orang tak harus tahu deskripsinya apa, tapi orang-orang bisa hanyut di dalamnya.

gimana? entah, itu lah eksperimennya.

Saya pun bukan tipe perasa. Bisa dibilang pemikir yang seringkali tersiksa oleh pikirannya sendiri yang terlalu banyak, dan sulit dkendalikan. Lukisan membantu saya untuk merasa. Maka saya melukis, agar orang-orang juga merasa. Tapi itu dari saya. Peran saya terhadap lukisan-lukisan saya cukup sampai tahap proses pembuatan. Tapi ketika ia sudah jadi dan dipajang, ia menjadi anak-anak pikiran orang-orang yang melihatnya. Ujung-ujungnya terserah juga.

gak berarti apa-apa yaa yaudah
berarti ya senangnyah.

Untuk sebuah pesan kompleks (dimensi yang berbeda), saya lebih memilih menulisnya, atau mengatakannya.

Yang penting adalah koneksi manusia, disesuaikan bahasanya dengan dimensi yang ingin dituju saja.